Selasa, 05 Agustus 2014

Rasa dan Harapan

Mata pisau itu akhirnya sampai ditubuhku, setelah aku berniat untuk menolong seorang ibu yang perhiasannya dicuri oleh para pencuri itu. Aku tidak tau bahwa setelah aku mengagkat kedua tanganku , para pencuri itu tetap menancapkan pisaunya ditubuhku... dan akhirnya seperti ini. Dengan sekuat tenaga aku berjalan berharap akan ada yang menolongku saat itu, langkahku semakin menjauh dari tempat tadi dengan tangan yang masih memegang perutku yang masih tertancap pisau sang pencuri itu sambil terus meneteskan air mata, sakit, sakit sekali rasanya aku ingin terkulai lemas dipinggir jalan itu , tapi aku harus kuat , aku harus menemukan orang yang benar-benar peduli denganku... sampai akhirnya aku bertemu dengannya. Dia yang hatinya kaku, dia yang hatinya tidak pernah peka dengan kode-kode yang terkadang diberikan oleh salah satu sahabatku. Tapi, saat aku berjalan dengan bercucuran air mata dan darah dari perutku, ia tidak memberikan respon untuk membantuku, dia hanya terdiam tidak bersuara tidak menatapku sedikitpun, lalu aku berdiri dihadapannya sambil mengambil pisau itu dari dalam perutku sambil menangis kesakitan –

Akupun akhirnya bangun dari mimpi itu,anehnya terasa sangat nyata kesakitan di mimpi itu. Aku tau, bahwa mimpi itu sangat bermakna untukku. Aku tau bahwa dia, dia yang namanya selalu ada dipikiranku setiap waktu takan pernah bisa untuk aku miliki sampai kapanpun.
Mencintainya bagaikan sakit tertusuk duri sampai ke jantung. Tak ada yang bisa kuperbuat, setiap hari dia selalu ada dalam keseharianku, menatapnya saat memulai pelajaran disekolah. Sejak aku menginjakkan dibangku kelas XII  aku mulai menyukainya, aku mulai mengaguminya dengan diamku. Rasa itu tumbuh karena pertemanan yang kami jalani. Rasa itu tumbuh dengan sendirinya tanpa alasan apapun yang hadir dalam kehidupanku.
Pagi itu saat istirahat tiba, aku tidak sadar bahwa aku sedang memandanginya dari kursi dimana aku duduk sejajar dengannya. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke whiteboard yang ada didepan mataku.
" Ya Tuhan, jangan sampai perasaan ini berlanjut ... Jangan sampai Ya Allah". Bisikku dalam hati
Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dari dia, aneh ketika melihatnya. Nampaknya dia sedang sakit, karena terlihat dari wajahnya sedikit pucat dan dia terus terdiam ditempat duduknya.
Aku selalu mencari tau apa yang sedang dia alami, aku selalu mencari tau apa yang ingin aku tau dari dirinya. Aku tidak tau mengapa aku seperti ini.
"kamu tau dia kenapa ?". Tanyaku kepada Raya sahabat baikku
"ga tau, tadi sih aku denger dari temen sebangkunya , dia lagi punya masalah gitu fane".

Raya adalah sahabat baikku, semua rahasiaku ada pada dirinya begitupula sebaliknya, karena kita telah saling percaya satu sama lain. Raya tau apa yang sedang terjadi pada diriku, dia mengetahui bahwa aku jatuh cinta dengan salah satu teman di kelas. Yang tak lain adalah damar, lelaki yang cukup pintar, baik, ramah  dan mempunyai wajah yang cukup tampan untuk seorang pria ,meskipun tak setampan adikku. Disekolah, aku berteman baik dengan damar, walaupun terkadang aku dan damar saling cuek satu sama lain, tapi anehnya saat di pesan singkat kita sangat berteman akrab.

Hari itu, dikelas sedang gaduh karena mata pelajaran biologi yang harus menyelesaikan tugas yang begitu banyak. Saat itu aku sedang duduk sambil menulis , dan dia datang duduk di samping kursiku sambil tersenyum kepadaku.
"fane, ikutan duduk ya .."
"iya mar" ucapku sambil tersenyum
"Oh iya, aku boleh lihat tugas kamu? Yang nomor 3 ko ga ada sih isinya , boleh lihat kan? "
Akupun hanya menganggukan kepalaku sambil tersenyum,  obrolanpun terjadi diantara aku dan dia.
Perasaanku berubah detik itu juga, jantungku semakin berdetak lebih cepat dan mukaku yang mulai memerah , aku langsung menundukan kepalaku sambil meneruskan pekerjaanku yang belum selesai. Aku berusaha agar aku tidak salah tingkah didepannya, dan aku percaya aku bisa meredamkan kemerahan dipipiku.

Sungguh, mencintainya terus menerus dalam diam ini sangat menyiksa hati dan pikiranku. Aku tidak tau harus bagaiman, aku tidak tau apa yang harus dilakukan. Beberapa bulan  berjalan perasaan ini masih sama, bahkan lebih , aku semakin menyayanginya meskipun ada hal yang sangat aku tidak sukai dari dalam dirinya. Tapi cinta ini tidak pernah pudar sedikitpun.
Jam istirahat diisi dengan makan dikantin bersama beberapa teman kelas termasuk damar, sambil menunggu makanan datang damar memainkan gitarnya yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Dia memainkan lagu dimana lagu itu adalah lagu kesukaanku. Aku dan beberapa temanku menikmati alunan  suara dari senar-senar yang damar mainkan. Pikiranku kembali kosong, mataku terus memandangi wajah damar yang berada tepat didepan mataku. Sesekali ketika aku tersadar karena senggolan raya, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah gitar damar.
"Mar, lagunya ganti dong, bosen tau--" ucap ana
"lagu apa emang maunya? "
"Noah  dong "
Damar mulai memainkan gitar acousticnya dengan sangat lembut, dia memainkan beberapa lagu yang direquest oleh teman-teman.
"eh cape nih, ada yang mau main ?"
"fane tuh dia bisa main gitar ". Senggol raya
"eh apaan sih, ga bisa kali , aku lupa kunci-kunci gitarnya ".
"yaudah coba ajh fane ". Ucap damar tersenyum sambil memberikan gitarnya kepadaku
" ini kunci A kan ? Ini C ? Ini F ? E ? D ? Ini kunci B ?" tanyaku takut salah
"nah, itu bukan kunci B fane, lupa ya jarang main gitar ? Maaf ya aku pengang dulu jari kamu ". Ucapnya tersenyum sambil mengarahkan dan membenarkan jariku ke kunci B digitar.
"nah, coba main "
Senyumnya membuatku begitu damai, aku bahagia ketika dia mengajariku untuk mengingat kunci-kunci gitar itu, dengan lembutnya dia memindahkan jemariku pada senar-senar itu. Hal itu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan. Ku mainkan gitar damar dengan kelembutan , meskipun terkadang masih harus melancarkan kunci-kunci yang baru saja aku ingat. Aku jadi bersemangat untuk belajar memainkan gitar kembali pada saat itu juga.

Sampai dirumah, aku langsung mengambil  gitar kesanyanganku dan aku mulai memainkan gitar itu dengan senyum yang selalu tersinar diraut wajahku. " Hay gitar, lama sekali sepertinya tidak menyentuhmu kembali, tidak terasa sudah 2 tahun aku tidak membuat alunan musik. Tapi mulai detik ini aku akan membuatmu mengeluarkan suara indahmu gitar--"
Ibuku sempat merasa aneh padaku karena akhir-akhir ini aku tidak mau lepas dari gitarku ,karena  yang ibu tau aku sudah tidak pernah memainkan gitar itu selama 2 tahun terakhir.

Setiap hari aku selalu membalas pesan dari seseorang, seseorang yang selalu ada dipikiranku sejak aku memulai pertemanan dengannya. Aku suka padanya , tapi aku tidak pernah tau apakah dia mengetahuinya atau tidak. Saat handphoneku berdering aku selalu berharap itu darinya, dan itu memang darinya. Setiap hari sekitar pukul 16.00 setelah pulang sekolah dia selalu mengabariku,  rasanya aku bahagia karena dia selalu ada sisiku untuk memperhatikanku dan memperdulikanku. Sampai sampai aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang hubungan yang aku jalani saat ini, hubungan tanpa status mungkin ? Ataukah hanya sekedar persahabatan ?
Saat itu, aku dan temanku Raya sedang berlari di sekitaran taman pada minggu pagi. Sepanjang jalan kota penuh dengan mereka yang sedang berolahraga, bermain , berkumpul dan berdagang. Karena pada biasanya pada minggu pagi jalanan tidak diperbolehkan kendaraan satupun untuk melewati jalan dikota.
Sebelumnya, pada sabtu malam aku dan damar berencana untuk bertemu di sekitaran taman. Dan dia benar-benar datang menemuiku pada saat itu dengan sepedanya.
"Fane, aku pergi dulu ya sebentar :) kamu sama damar ajh dulu ;) ". Ucap Raya meninggalkanku

Damar lalu, mengajakku berjalan-jalan menggunakan sepeda. Damar dengan sepedanya dan aku dengan sepeda yang dipinjamkan oleh temanku yang sedang bersama Raya. Kami berdua , damar dan aku mengelilingi taman dan jalanan bersama. Dia tepat berada disampingku. Lalu kami berdua berhenti disebuah penjual susu murni di pinggiran jalan.
"Mau rasa apa ? ". Tanya damar
"stawberry boleh deh".
Diapun membawa dua buah minuman untukku dan untuknya. Setelah itu kami memarkirkan sepeda dan mengunci dua sepeda itu berdampingan. Aku duduk diarea bersantai sambil meminum susu yang tadi dia belikan untukku. Percakapan panjangpun datang menghampiri kami berdua, candaannya yang selalu membuat aku bisa tertawa sangat aku sukai. Sampai pada akhirnya dia bercerita tentang diriku semasih SMP.
"Dulu itu, kamu selalu memakai hiasan di rambut yang ditalikan semacam upluk ya? Ga kerasa bisa ketemu lagi ya bisa satu sekolahan lagi :) ".
"masih inget ?  Iya ga nyangka, dulu itu kita belum deket kayak seperti ini , aku kalau ketemu kamu dulu kamu itu juteknya kebangetan :P ".
"Masih dong :D iya kamu juga juteknya pake banget :P "
" Oh iya, mau tau ga fane ?" lanjutnya
" Mau ".
" beberapa bulan  yang lalu itu sebelum kita jadi kelas 12 , aku cari tau tentang kamu dari teman kamu, dan aku bersyukur bisa satu kelas sama kamu di kelas 12 IPA 2 ini loh :) ".
"Oh ya ? Dari siapa ? ". Tanyaku
"Itu , siapa ya fani kalau aku tidak lupa, temen SMP kamu kali ya "

Aku tidak percaya bahwa dia masih mengingatku saat aku masih SMP, dulu memang aku dan dia satu sekolah. Dan saat ini kami satu kelas. Sebenarnya aku sudah mengenalinya semenjak SMP tapi aku hanya mengenali sebagian kecil kehidupannya karena dia adalah teman dari temanku semasa SMP.
Setelah percakapan itu berakhir aku dan damar kembali ke parkiran sepeda , karena waktu telah menunjukan pukul 10.00 itu saatnya damar untuk pulang karena dia akan berlatih sepeda untuk kejuaraan sepeda antar kabupaten yang diadakan di bandung nanti.
Setelah dia pulang bersama sepedanya akupun terus dibully oleh kedua temanku saat itu, Raya dan Afrian. Diperjalanan pulang  "Andai kamu jadian sama damar fane". Ucap afrian
Aku hanya terdiam saat afrian berbicara seperti itu. Mustahil untukku memilikinya, mustahil untuk dia mencintaiku. Ada sisi dimana damar takan mungkin bisa dimiliki oleh siapapun, aku belum pernah mendengar damar berpacaran, bahkan dipercakapan pesan sms pun dia tidak pernah membicarakan seorang perempuan. Alasan itulah yang membuatku tidak ingin mengharapkan pertemanan lebih dengan damar.
Malam itu sebelum hari Ujian Nasional, aku mendapatkan pesan singkat dari damar.
To : Fane
Fane semangat ya buat UN besok, jangan lupa belajar loh ;)  semoga kita bisa menyelesaikan Ujian Nasional ini dengan hasil yang baik ya. Pokonya fighting ya fane :)

Dengan cepat aku membalas pesan singkat yang damar kirimkan kepadaku. Malam itu aku sangat bahagia karena damar memberikan semangat untukku. Selama Ujian Nasional damar  selalu memberikan semangat setiap hari. Walaupun aku dan dia tidak di satu ruangan yang sama.
Waktu ujian nasional akhirnya selesai aku lewati, aku menunggu hari esok datang lebih cepat. Aku dan semua teman kelasku akan berlibur ke yogyakarta selama 3 hari. Hari itu pun datang dengan cepat, semua perbekalan sudah aku siapkan selama aku berada diyogyakarta bersama teman-temanku.
Perjalanan panjangpun diisi oleh kekonyolan yang teman-temanku lakukan, kami bercanda gurau dan bernyayi bersama-sama di dalam satu bus berukuran besar itu. Sekitar hampir 10 jam akhirnya aku dan teman-temanku sampai di kota Yogyakarta. Kami lalu menginap di hotel mutiara sekitaran jalan malioboro . Sebenarnya bagi aku ini bukan kali pertamanya aku datang ke kota Yogyakarta, aku sudah sering bermain di kota ini bersama sahabat penaku yang aku kenali dari social media Twitter. Jadi aku sudah terbiasa dengan kota Yogyakarta ini, namun kota ini selalu menjadi kota terfavorite untukku kunjungi setiap tahun.

Hari ini jadwal pariwisata telah dibuat, tapi ada beberapa tempat yang tidak cocok untukku tapi bagaimanapun aku harus mengikuti jadwal wisatanya. Hari pertama ini kami akan ke candi prambanan, candi boko dan pantai parangtritis. Aku dan teman-temanku sangat menikmati perjalanan wisata ini setelah seminggu menghadapi Ujian Nasional. Seperti halnya disekolah, kami semua tidak melupakan acara foto bersama untuk dijadikan album kelas. Aku bahagia bisa berada tepat disamping damar saat acara foto bersama itu. Prambanan pun dilanjut dengan perjalanan ke candi boko menggunakan angkutan seperti travel yang sudah disediakan oleh panitia, karena tidak akan mungkin bus melalui jalan menuju candi boko itu. Sampai disana aku menikmati candi di ketinggian yang cukup tinggi, aku bisa melihat kota Yogyakarta walau tidak semuanya terlihat dari sekitaran candi boko ini. Aku duduk karena lelah, lalu damar datang dan duduk disebelahku memberikan minuman yang tadi aku titipkan kepadanya.
"Makasih mar ".
" Fane , kota Yogyakarta lebih indah ya dari kota tempat kita tinggal".
" Iya, indah... kamu harus kelilingin kota Yogya mar kalau kamu mau tau seindah apa kota Yogya, apalagi kalau kita pergi kedaerah pantai di Gunung kidul". Ucapku tersenyum
"Oh ya? Kapan-kapan kamu ajak aku kesana ya ;) ".

Aku hanya tersenyum membalas perkataannya. Andai  aku bisa, aku akan mengajak damar kemanapun dia mau asalkan dia menjadi masa depanku. Hari kedua di kota Yogyakarta ini, kami isi dengan berkeliling disekitaran malioboro. Entah kenapa damar memintaku untuk mengajaknya berkeliling.
"Kamu harus ajak aku keliling ya".
"nanti kita kepisah sama rombongan loh mar".
"Engga akan ko fane, ayolah! ".

Akupun akhirnya mengajaknya untuk berkeliling disekitaran malioboro sambil membeli buah tangan yang akan dibawa pulang nanti malam. Aku dan damar terus berjalan di trotoar malioboro sambil melihat-lihat dagangan yang dijajakan oleh para pedagang. Saat aku sedang tawar menawar dengan seorang pedagang tiba-tiba damar menarik tanganku dan berlari ke arah jalan yang tadi telah aku dan damar lewati.
"Mba, maaf ya". Ucapku kepada pedagang itu

"Mar, mau kemana?".
Dia tidak menjawab pertanyaanku, aku bingung dengannya. Dan tiba-tiba dia berhenti disebuah toko pinggiran malioboro. "Tunggu bentar ya fane".
Aku pun menunggunya di depan toko sambil melihat-lihat dagangan yang lain. Dari arah toko damarpun keluar. "Fane, sorry ya tadi dan makasih".
"gapapa mar, lanjut lagi yuk".
Aku dan damar akhirnya kembali berjalan-jalan, tapi kali ini aku dan damar tidak berjalan kaki, melainkan menaiki becak untuk sampai dihotel.
"fane, ini pertama kalinya aku naik becak loh".
"Oh ya? Wah seru tapi kan ?".
"Seru, tapi aku kasihan loh sama bapak penarik becaknya".
"Iya, pasti berat bawa kita berdua".

"Mar, andai kamu tau, itu juga adalah kali pertamanya aku bisa naik becak bersama orang yang spesial buat aku. Andai kamu tau itu mar". Bisiku dalam hati

Acara wisata bersama teman satu kelaspun akhirnya selesai. Kami kembali ke kota tempat kami tinggal. Sebenarnya aku masih ingin lama berada di Yogyakarta bersama teman-teman termasuk damar. Kini aku hanya bisa melihat damar 2 kali lagi, dihari perpisahan dan hari kelulusan.
Rasanya, aku tidka ingin berpisah dengan damar, pasti rasanya berbeda saat kita tak pernah bertemu lagi. Walaupun damar selalu mengirimkan pesan singkat sms dan di social media.
Seminggu setelah itu, aku lostcontact dengan damar. Rindu yang tak pernah tersampaikan ini masih kusimpan rapih. Aku tidak pernah berani untuk mencoba mengawali mengirimkan pesan sms kepada damar. Yang kuperbuat hanya menunggu damar mengirimkan pesan sms kepadaku. Mungkin aku bodoh, tapi aku benar-benar tidak berani.
Malam itu tiba-tiba aku menangis, menangisi rindu yang tidak bisa aku ungkapkan kepadanya. Tapi entah mengapa, mungkin Tuhan tidak ingin aku menangis , tiba-tiba damar menelfonku .
"Fane, km kemana ajh? Aku kangen tau sama kamu "
"Ada dirumah, mar... Aku juga"
Akhirnya rinduku terbalaskan, aku bisa mengungkapkan kepadanya meski hanya lewat percakapan ditelfon. Air mataku berubah menjadi sinar kebahagiaan. Tapi terkadang aku selalu merasa kesakitan dengan perkataan damar. Sebenarnya aku siapanya damar? Damar menganggapku sebagai apa? Kadang aku ingin bertanya kepadanya. Tapi aku tidak pernah berani untuk mengungkapkan semuanya.

Hari kedua terakhir untuk bertemu dengannya dihari perpisahan. Aku datang ke sekolah dengan diantarkan oleh ayahku menuju sekolah dengan penampilan baru, kebaya lengkap dengan makeup, dan highheels 15cm.  Aku berjalan dikoridor sekolah menuju aula sekolah. Aku malu dengan kedatanganku, disamping dengan penampilanku seperti ini aku juga malu karena semua telah berada diaula. Semua mata memandangiku, wajahku mulai memerah tapi aku segera mencari raya dan duduk disebelahnya. "Fane cantik banget, beda banget loh sama kamu yang biasanya". Ucap raya
Tiba-tiba handphoneku berdering dan damar mengirimkan sms kepadaku "Kamu cantik banget fane:)".
"Makasih mar, ko aku ga lihat kamu?"
"aku ada dibelakang kamu:)".
Aku tidak membalas pesan itu lagi, dan aku tidak ingin memandang kebelakang. Aku malu bertemu dengan damar dengan penampilan seperti ini.  Tapi alhasil aku tetap bertatap wajah dengan damar saat berkumpul untuk foto bersama.
"fane, kamu ga akan foto berdua sama damar?". Tanya raya
"Aku sih pingin, Cuma gimana caranya?".
"kamu bilang ajh sama dia, kaya biasa ajh fane jangan gugup gitu deh"
"Tapi aku ga berani ray".
"Ayolah, kapan kamu berani fane? Sekali seumur hidup gapapa kan?".
Aku terdiam sambil mengumpulkan keberanianku untuk bisa berfoto bersama damar, disela itu akupun terus berfoto bersama teman-temanku yang juga ingin berfoto denganku. Mungkin inilah saat yang tepat, saat damar sedang terdiam aku mendekatinya.
"Mar foto bareng yuk!".
"Ayo fane".
Kali ini aku berhasil , aku merasa senang sekali. Selepas itu aku mengobrol dengannya tentang perguruan tinggi yang telah dia terima. Saat waktu perpisahan selesai damar mengantarkanku pulang karena rumahnya dengan rumahku satu arah.
"Mar, makasih ya".
"Iya fane samasama, oh ya kelulusan pertemuan terakhir kita ya? Sampai jumpa minggu depan ya :)".
"Iya mar, hati-hati ya".

Bagaimana aku akan bahagia? Bagaimana perasaanku akan terbalaskan? Aku mencintainya, tapi aku tidak bisa mengungkapkannya. Perhatian lebihnya kepadaku, kepeduliannya  kepadaku apa maksud dari semua itu? Aku ingin kejelasan dari semua yang damar berikan kepadaku, aku ingin mengetahuinya apakah dia menganggapku sebagai orang yang spesial dia hatinya ataukah hanya sekedar pertemanan.
Setiap hari aku dan damar saling bercanda gurau lewat pesan singkat.
Tapi hari itu, dimana sebelum hari kelulusan tiba.
"Faneee!".
"Kamu kenapa mar?".
"bisa ketemu?"
"bisa, dimana? Kapan?".
"sekarang ya, di taman sekitar rumah kamu".
Aku pun langsung pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahku. Aku mencari damar di taman itu, dan aku menemuinya sedang bersama dengan laptop dan gitarnya. Dia tertunduk lemas, seperti ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kali pertamanya aku melihatnya dengan rambut yang berantakan.
Saat aku datang, dia langsung meneteskan dua air matanya. Aku kebingungan dan langsung bertanya kepada damar apa yang terjadi dan kenapa dia bisa menangis seperti itu. Aku benar-benar tidak tega dengannya, baru pertama kalinya aku melihat damar bisa sekacau itu. Dan rupanya saat aku mulai mendengarkan apa yang ingin dikatakan hatinya kepadaku, aku langsung terdiam tak berani untuk mengatakan satu katapun.
"Fane, kenapa dia bisa setega itu sama aku?".
"sejak 6 bulan yang lalu, aku dekat dengannya, dia menganggapku pacarnya dan aku juga menganggapnya pacarku. Aku sengaja lostcontact sama dia sekitar 2 mingguan yang lalu dan aku mulai aneh sama dia. Ternyata hari ini lihatlah di social medianya fane-- lihat!".

Aku pun melihat layar dilaptopnya, ya... Aku melihat dia yang dicintai damar  itu memang sudah mempunyai pacar. Aku belum ingin berbicara kepada damar. Hatiku tidak bisa berbohong lagi, tetesan air mataku menetes membasahi pipiku. Aku mencoba tegar dengan keadaan ini. Aku mulai mengusap air mataku.
"mar, kamu tau ga sih kalau wanita itu butuh kejelasan? Wanita itu butuh kepastian yang jelas! Bukan hanya anggapan, tapi jadikan dia pacar kamu, mungkin dia lelah, mungkin dia cape sama hubungan yang ga jelas, jangan PHPin dia mar harusnya kamu tau itu!".
"aku udah jadiin dia pacar aku fane".
"mungkin kamu kurang ngasih kejelasan sama dia mar, lebih baik kamu ikhlasin dia, kamu cari wanita yang lebih baik dari dia. Masih ada yang peduli sama kamu, masih ada wanita yang nunggu kamu. Allah tau yang terbaik buat kamu. Aku tau kamu bisa terima semua ini mar , aku tau itu".
"Mungkin aku juga yang salah fane, makasih fane kamu mengobati luka hati ini. Aku ga tau kalau ga ada kamu aku mau curhat sama siapa lagi. Insya Allah aku bakalan sabar bakalan ikhlasin fane". Ucapnya mulai tersenyum.

Aku mencoba tegar dengan semuanya. Semuanya ternyata sudah jelas, semua yang aku tunggu, semua yang selalu aku ingin pertanyakan kepada damar tenyata sudah terjawab tanpa aku bertanya kepadanya. Aku tau aku dan damar hanya akan menjadi sahabat. Pertemanan yang selalu aku pertanyakan kini telah terjawab. Aku mencintai damar dalam diamku sampai saat ini, dan damar mencintai wanita lain , namun wanita itu juga mencintai pria lain. Cintanya bukan untukku, aku tau itu dan seharusnya aku tau itu dari awal pertemananku dengannya. Malam itupun air mataku tak hentinya berjatuhan membasahi bantal dikasurku.
Esok adalah hari terakhirku bertemu dengan damar. Dihari kelulusan itu aku bahagia karena aku dan teman-temanku lulus 100% . Damar menemuiku dan terjadi percakapan terakhirku bersamanya.
"Fane, makasih ya udah mau jadi temanku selama ini. Semoga ini akan mengingatkanmu tentang persahabatan antara kamu dan aku. Kamu sahabat terbaik yang pernah aku punya, makasih fane sampai bertemu dilain kesempatan ya:) Oh ya,selamat ya kamu diterima kuliah di Yogyakarta kan?  semangat ya kuliahnya, jangan males-malesan:)".
"Iya damar, makasih juga selama ini kamu selalu ada disamping aku untuk jadi sahabatku, perhatian dan pedulinya kamu sama aku itu berharga buat aku. Aku pasti bakal kangen sama kamu. Take care damar:)  Iya aku akan inget ko sama kata-kata kamu".
"ulur tanganmu coba fane".
Aku mencoba mengulurkan tanganku, dari dalam sakunya  damar mengeluarkan sebuah gelang.
Dia memakaikannya ditangan kananku. Dan dia juga memakaikan sediri gelang yang lainnya yang sama percis di pergelangan tangannya.
"semoga kamu pakai gelang ini terus ya, kamu inget waktu aku ngajak kamu lari buat ke sebuah toko di pinggiran malioboro? Aku beli gelang ini disitu".
"Damar-- makasih ya , aku bakal pake terus dan aku akan inget sama kamu".

Pertemuan terakhir antara aku dan damar. Entahlah aku tidak pernah tau kisahku akan berakhir seperti itu. Sampai detik ini, aku terus mencintainya, dan akan terus mencintainya meski dia tak pernah menyadari cintaku. Dia akan menjadi sahabatku, diawali dari pertemanan akan muncul sebuah rasa yang aku sebut itu cinta, dan tidak akan menjadi akhir karena pertemanan akan tetap menjadi pertemanan. Itu akan lebih baik untukku dan untuknya. Suatu saat nanti kau akan mengetahuinya damar... Suatu saat nanti.




 


Selasa, 05 Agustus 2014

Rasa dan Harapan

Diposting oleh Elsa Dwi Juliana 0 komentar
Mata pisau itu akhirnya sampai ditubuhku, setelah aku berniat untuk menolong seorang ibu yang perhiasannya dicuri oleh para pencuri itu. Aku tidak tau bahwa setelah aku mengagkat kedua tanganku , para pencuri itu tetap menancapkan pisaunya ditubuhku... dan akhirnya seperti ini. Dengan sekuat tenaga aku berjalan berharap akan ada yang menolongku saat itu, langkahku semakin menjauh dari tempat tadi dengan tangan yang masih memegang perutku yang masih tertancap pisau sang pencuri itu sambil terus meneteskan air mata, sakit, sakit sekali rasanya aku ingin terkulai lemas dipinggir jalan itu , tapi aku harus kuat , aku harus menemukan orang yang benar-benar peduli denganku... sampai akhirnya aku bertemu dengannya. Dia yang hatinya kaku, dia yang hatinya tidak pernah peka dengan kode-kode yang terkadang diberikan oleh salah satu sahabatku. Tapi, saat aku berjalan dengan bercucuran air mata dan darah dari perutku, ia tidak memberikan respon untuk membantuku, dia hanya terdiam tidak bersuara tidak menatapku sedikitpun, lalu aku berdiri dihadapannya sambil mengambil pisau itu dari dalam perutku sambil menangis kesakitan –

Akupun akhirnya bangun dari mimpi itu,anehnya terasa sangat nyata kesakitan di mimpi itu. Aku tau, bahwa mimpi itu sangat bermakna untukku. Aku tau bahwa dia, dia yang namanya selalu ada dipikiranku setiap waktu takan pernah bisa untuk aku miliki sampai kapanpun.
Mencintainya bagaikan sakit tertusuk duri sampai ke jantung. Tak ada yang bisa kuperbuat, setiap hari dia selalu ada dalam keseharianku, menatapnya saat memulai pelajaran disekolah. Sejak aku menginjakkan dibangku kelas XII  aku mulai menyukainya, aku mulai mengaguminya dengan diamku. Rasa itu tumbuh karena pertemanan yang kami jalani. Rasa itu tumbuh dengan sendirinya tanpa alasan apapun yang hadir dalam kehidupanku.
Pagi itu saat istirahat tiba, aku tidak sadar bahwa aku sedang memandanginya dari kursi dimana aku duduk sejajar dengannya. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke whiteboard yang ada didepan mataku.
" Ya Tuhan, jangan sampai perasaan ini berlanjut ... Jangan sampai Ya Allah". Bisikku dalam hati
Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dari dia, aneh ketika melihatnya. Nampaknya dia sedang sakit, karena terlihat dari wajahnya sedikit pucat dan dia terus terdiam ditempat duduknya.
Aku selalu mencari tau apa yang sedang dia alami, aku selalu mencari tau apa yang ingin aku tau dari dirinya. Aku tidak tau mengapa aku seperti ini.
"kamu tau dia kenapa ?". Tanyaku kepada Raya sahabat baikku
"ga tau, tadi sih aku denger dari temen sebangkunya , dia lagi punya masalah gitu fane".

Raya adalah sahabat baikku, semua rahasiaku ada pada dirinya begitupula sebaliknya, karena kita telah saling percaya satu sama lain. Raya tau apa yang sedang terjadi pada diriku, dia mengetahui bahwa aku jatuh cinta dengan salah satu teman di kelas. Yang tak lain adalah damar, lelaki yang cukup pintar, baik, ramah  dan mempunyai wajah yang cukup tampan untuk seorang pria ,meskipun tak setampan adikku. Disekolah, aku berteman baik dengan damar, walaupun terkadang aku dan damar saling cuek satu sama lain, tapi anehnya saat di pesan singkat kita sangat berteman akrab.

Hari itu, dikelas sedang gaduh karena mata pelajaran biologi yang harus menyelesaikan tugas yang begitu banyak. Saat itu aku sedang duduk sambil menulis , dan dia datang duduk di samping kursiku sambil tersenyum kepadaku.
"fane, ikutan duduk ya .."
"iya mar" ucapku sambil tersenyum
"Oh iya, aku boleh lihat tugas kamu? Yang nomor 3 ko ga ada sih isinya , boleh lihat kan? "
Akupun hanya menganggukan kepalaku sambil tersenyum,  obrolanpun terjadi diantara aku dan dia.
Perasaanku berubah detik itu juga, jantungku semakin berdetak lebih cepat dan mukaku yang mulai memerah , aku langsung menundukan kepalaku sambil meneruskan pekerjaanku yang belum selesai. Aku berusaha agar aku tidak salah tingkah didepannya, dan aku percaya aku bisa meredamkan kemerahan dipipiku.

Sungguh, mencintainya terus menerus dalam diam ini sangat menyiksa hati dan pikiranku. Aku tidak tau harus bagaiman, aku tidak tau apa yang harus dilakukan. Beberapa bulan  berjalan perasaan ini masih sama, bahkan lebih , aku semakin menyayanginya meskipun ada hal yang sangat aku tidak sukai dari dalam dirinya. Tapi cinta ini tidak pernah pudar sedikitpun.
Jam istirahat diisi dengan makan dikantin bersama beberapa teman kelas termasuk damar, sambil menunggu makanan datang damar memainkan gitarnya yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Dia memainkan lagu dimana lagu itu adalah lagu kesukaanku. Aku dan beberapa temanku menikmati alunan  suara dari senar-senar yang damar mainkan. Pikiranku kembali kosong, mataku terus memandangi wajah damar yang berada tepat didepan mataku. Sesekali ketika aku tersadar karena senggolan raya, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah gitar damar.
"Mar, lagunya ganti dong, bosen tau--" ucap ana
"lagu apa emang maunya? "
"Noah  dong "
Damar mulai memainkan gitar acousticnya dengan sangat lembut, dia memainkan beberapa lagu yang direquest oleh teman-teman.
"eh cape nih, ada yang mau main ?"
"fane tuh dia bisa main gitar ". Senggol raya
"eh apaan sih, ga bisa kali , aku lupa kunci-kunci gitarnya ".
"yaudah coba ajh fane ". Ucap damar tersenyum sambil memberikan gitarnya kepadaku
" ini kunci A kan ? Ini C ? Ini F ? E ? D ? Ini kunci B ?" tanyaku takut salah
"nah, itu bukan kunci B fane, lupa ya jarang main gitar ? Maaf ya aku pengang dulu jari kamu ". Ucapnya tersenyum sambil mengarahkan dan membenarkan jariku ke kunci B digitar.
"nah, coba main "
Senyumnya membuatku begitu damai, aku bahagia ketika dia mengajariku untuk mengingat kunci-kunci gitar itu, dengan lembutnya dia memindahkan jemariku pada senar-senar itu. Hal itu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan. Ku mainkan gitar damar dengan kelembutan , meskipun terkadang masih harus melancarkan kunci-kunci yang baru saja aku ingat. Aku jadi bersemangat untuk belajar memainkan gitar kembali pada saat itu juga.

Sampai dirumah, aku langsung mengambil  gitar kesanyanganku dan aku mulai memainkan gitar itu dengan senyum yang selalu tersinar diraut wajahku. " Hay gitar, lama sekali sepertinya tidak menyentuhmu kembali, tidak terasa sudah 2 tahun aku tidak membuat alunan musik. Tapi mulai detik ini aku akan membuatmu mengeluarkan suara indahmu gitar--"
Ibuku sempat merasa aneh padaku karena akhir-akhir ini aku tidak mau lepas dari gitarku ,karena  yang ibu tau aku sudah tidak pernah memainkan gitar itu selama 2 tahun terakhir.

Setiap hari aku selalu membalas pesan dari seseorang, seseorang yang selalu ada dipikiranku sejak aku memulai pertemanan dengannya. Aku suka padanya , tapi aku tidak pernah tau apakah dia mengetahuinya atau tidak. Saat handphoneku berdering aku selalu berharap itu darinya, dan itu memang darinya. Setiap hari sekitar pukul 16.00 setelah pulang sekolah dia selalu mengabariku,  rasanya aku bahagia karena dia selalu ada sisiku untuk memperhatikanku dan memperdulikanku. Sampai sampai aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang hubungan yang aku jalani saat ini, hubungan tanpa status mungkin ? Ataukah hanya sekedar persahabatan ?
Saat itu, aku dan temanku Raya sedang berlari di sekitaran taman pada minggu pagi. Sepanjang jalan kota penuh dengan mereka yang sedang berolahraga, bermain , berkumpul dan berdagang. Karena pada biasanya pada minggu pagi jalanan tidak diperbolehkan kendaraan satupun untuk melewati jalan dikota.
Sebelumnya, pada sabtu malam aku dan damar berencana untuk bertemu di sekitaran taman. Dan dia benar-benar datang menemuiku pada saat itu dengan sepedanya.
"Fane, aku pergi dulu ya sebentar :) kamu sama damar ajh dulu ;) ". Ucap Raya meninggalkanku

Damar lalu, mengajakku berjalan-jalan menggunakan sepeda. Damar dengan sepedanya dan aku dengan sepeda yang dipinjamkan oleh temanku yang sedang bersama Raya. Kami berdua , damar dan aku mengelilingi taman dan jalanan bersama. Dia tepat berada disampingku. Lalu kami berdua berhenti disebuah penjual susu murni di pinggiran jalan.
"Mau rasa apa ? ". Tanya damar
"stawberry boleh deh".
Diapun membawa dua buah minuman untukku dan untuknya. Setelah itu kami memarkirkan sepeda dan mengunci dua sepeda itu berdampingan. Aku duduk diarea bersantai sambil meminum susu yang tadi dia belikan untukku. Percakapan panjangpun datang menghampiri kami berdua, candaannya yang selalu membuat aku bisa tertawa sangat aku sukai. Sampai pada akhirnya dia bercerita tentang diriku semasih SMP.
"Dulu itu, kamu selalu memakai hiasan di rambut yang ditalikan semacam upluk ya? Ga kerasa bisa ketemu lagi ya bisa satu sekolahan lagi :) ".
"masih inget ?  Iya ga nyangka, dulu itu kita belum deket kayak seperti ini , aku kalau ketemu kamu dulu kamu itu juteknya kebangetan :P ".
"Masih dong :D iya kamu juga juteknya pake banget :P "
" Oh iya, mau tau ga fane ?" lanjutnya
" Mau ".
" beberapa bulan  yang lalu itu sebelum kita jadi kelas 12 , aku cari tau tentang kamu dari teman kamu, dan aku bersyukur bisa satu kelas sama kamu di kelas 12 IPA 2 ini loh :) ".
"Oh ya ? Dari siapa ? ". Tanyaku
"Itu , siapa ya fani kalau aku tidak lupa, temen SMP kamu kali ya "

Aku tidak percaya bahwa dia masih mengingatku saat aku masih SMP, dulu memang aku dan dia satu sekolah. Dan saat ini kami satu kelas. Sebenarnya aku sudah mengenalinya semenjak SMP tapi aku hanya mengenali sebagian kecil kehidupannya karena dia adalah teman dari temanku semasa SMP.
Setelah percakapan itu berakhir aku dan damar kembali ke parkiran sepeda , karena waktu telah menunjukan pukul 10.00 itu saatnya damar untuk pulang karena dia akan berlatih sepeda untuk kejuaraan sepeda antar kabupaten yang diadakan di bandung nanti.
Setelah dia pulang bersama sepedanya akupun terus dibully oleh kedua temanku saat itu, Raya dan Afrian. Diperjalanan pulang  "Andai kamu jadian sama damar fane". Ucap afrian
Aku hanya terdiam saat afrian berbicara seperti itu. Mustahil untukku memilikinya, mustahil untuk dia mencintaiku. Ada sisi dimana damar takan mungkin bisa dimiliki oleh siapapun, aku belum pernah mendengar damar berpacaran, bahkan dipercakapan pesan sms pun dia tidak pernah membicarakan seorang perempuan. Alasan itulah yang membuatku tidak ingin mengharapkan pertemanan lebih dengan damar.
Malam itu sebelum hari Ujian Nasional, aku mendapatkan pesan singkat dari damar.
To : Fane
Fane semangat ya buat UN besok, jangan lupa belajar loh ;)  semoga kita bisa menyelesaikan Ujian Nasional ini dengan hasil yang baik ya. Pokonya fighting ya fane :)

Dengan cepat aku membalas pesan singkat yang damar kirimkan kepadaku. Malam itu aku sangat bahagia karena damar memberikan semangat untukku. Selama Ujian Nasional damar  selalu memberikan semangat setiap hari. Walaupun aku dan dia tidak di satu ruangan yang sama.
Waktu ujian nasional akhirnya selesai aku lewati, aku menunggu hari esok datang lebih cepat. Aku dan semua teman kelasku akan berlibur ke yogyakarta selama 3 hari. Hari itu pun datang dengan cepat, semua perbekalan sudah aku siapkan selama aku berada diyogyakarta bersama teman-temanku.
Perjalanan panjangpun diisi oleh kekonyolan yang teman-temanku lakukan, kami bercanda gurau dan bernyayi bersama-sama di dalam satu bus berukuran besar itu. Sekitar hampir 10 jam akhirnya aku dan teman-temanku sampai di kota Yogyakarta. Kami lalu menginap di hotel mutiara sekitaran jalan malioboro . Sebenarnya bagi aku ini bukan kali pertamanya aku datang ke kota Yogyakarta, aku sudah sering bermain di kota ini bersama sahabat penaku yang aku kenali dari social media Twitter. Jadi aku sudah terbiasa dengan kota Yogyakarta ini, namun kota ini selalu menjadi kota terfavorite untukku kunjungi setiap tahun.

Hari ini jadwal pariwisata telah dibuat, tapi ada beberapa tempat yang tidak cocok untukku tapi bagaimanapun aku harus mengikuti jadwal wisatanya. Hari pertama ini kami akan ke candi prambanan, candi boko dan pantai parangtritis. Aku dan teman-temanku sangat menikmati perjalanan wisata ini setelah seminggu menghadapi Ujian Nasional. Seperti halnya disekolah, kami semua tidak melupakan acara foto bersama untuk dijadikan album kelas. Aku bahagia bisa berada tepat disamping damar saat acara foto bersama itu. Prambanan pun dilanjut dengan perjalanan ke candi boko menggunakan angkutan seperti travel yang sudah disediakan oleh panitia, karena tidak akan mungkin bus melalui jalan menuju candi boko itu. Sampai disana aku menikmati candi di ketinggian yang cukup tinggi, aku bisa melihat kota Yogyakarta walau tidak semuanya terlihat dari sekitaran candi boko ini. Aku duduk karena lelah, lalu damar datang dan duduk disebelahku memberikan minuman yang tadi aku titipkan kepadanya.
"Makasih mar ".
" Fane , kota Yogyakarta lebih indah ya dari kota tempat kita tinggal".
" Iya, indah... kamu harus kelilingin kota Yogya mar kalau kamu mau tau seindah apa kota Yogya, apalagi kalau kita pergi kedaerah pantai di Gunung kidul". Ucapku tersenyum
"Oh ya? Kapan-kapan kamu ajak aku kesana ya ;) ".

Aku hanya tersenyum membalas perkataannya. Andai  aku bisa, aku akan mengajak damar kemanapun dia mau asalkan dia menjadi masa depanku. Hari kedua di kota Yogyakarta ini, kami isi dengan berkeliling disekitaran malioboro. Entah kenapa damar memintaku untuk mengajaknya berkeliling.
"Kamu harus ajak aku keliling ya".
"nanti kita kepisah sama rombongan loh mar".
"Engga akan ko fane, ayolah! ".

Akupun akhirnya mengajaknya untuk berkeliling disekitaran malioboro sambil membeli buah tangan yang akan dibawa pulang nanti malam. Aku dan damar terus berjalan di trotoar malioboro sambil melihat-lihat dagangan yang dijajakan oleh para pedagang. Saat aku sedang tawar menawar dengan seorang pedagang tiba-tiba damar menarik tanganku dan berlari ke arah jalan yang tadi telah aku dan damar lewati.
"Mba, maaf ya". Ucapku kepada pedagang itu

"Mar, mau kemana?".
Dia tidak menjawab pertanyaanku, aku bingung dengannya. Dan tiba-tiba dia berhenti disebuah toko pinggiran malioboro. "Tunggu bentar ya fane".
Aku pun menunggunya di depan toko sambil melihat-lihat dagangan yang lain. Dari arah toko damarpun keluar. "Fane, sorry ya tadi dan makasih".
"gapapa mar, lanjut lagi yuk".
Aku dan damar akhirnya kembali berjalan-jalan, tapi kali ini aku dan damar tidak berjalan kaki, melainkan menaiki becak untuk sampai dihotel.
"fane, ini pertama kalinya aku naik becak loh".
"Oh ya? Wah seru tapi kan ?".
"Seru, tapi aku kasihan loh sama bapak penarik becaknya".
"Iya, pasti berat bawa kita berdua".

"Mar, andai kamu tau, itu juga adalah kali pertamanya aku bisa naik becak bersama orang yang spesial buat aku. Andai kamu tau itu mar". Bisiku dalam hati

Acara wisata bersama teman satu kelaspun akhirnya selesai. Kami kembali ke kota tempat kami tinggal. Sebenarnya aku masih ingin lama berada di Yogyakarta bersama teman-teman termasuk damar. Kini aku hanya bisa melihat damar 2 kali lagi, dihari perpisahan dan hari kelulusan.
Rasanya, aku tidka ingin berpisah dengan damar, pasti rasanya berbeda saat kita tak pernah bertemu lagi. Walaupun damar selalu mengirimkan pesan singkat sms dan di social media.
Seminggu setelah itu, aku lostcontact dengan damar. Rindu yang tak pernah tersampaikan ini masih kusimpan rapih. Aku tidak pernah berani untuk mencoba mengawali mengirimkan pesan sms kepada damar. Yang kuperbuat hanya menunggu damar mengirimkan pesan sms kepadaku. Mungkin aku bodoh, tapi aku benar-benar tidak berani.
Malam itu tiba-tiba aku menangis, menangisi rindu yang tidak bisa aku ungkapkan kepadanya. Tapi entah mengapa, mungkin Tuhan tidak ingin aku menangis , tiba-tiba damar menelfonku .
"Fane, km kemana ajh? Aku kangen tau sama kamu "
"Ada dirumah, mar... Aku juga"
Akhirnya rinduku terbalaskan, aku bisa mengungkapkan kepadanya meski hanya lewat percakapan ditelfon. Air mataku berubah menjadi sinar kebahagiaan. Tapi terkadang aku selalu merasa kesakitan dengan perkataan damar. Sebenarnya aku siapanya damar? Damar menganggapku sebagai apa? Kadang aku ingin bertanya kepadanya. Tapi aku tidak pernah berani untuk mengungkapkan semuanya.

Hari kedua terakhir untuk bertemu dengannya dihari perpisahan. Aku datang ke sekolah dengan diantarkan oleh ayahku menuju sekolah dengan penampilan baru, kebaya lengkap dengan makeup, dan highheels 15cm.  Aku berjalan dikoridor sekolah menuju aula sekolah. Aku malu dengan kedatanganku, disamping dengan penampilanku seperti ini aku juga malu karena semua telah berada diaula. Semua mata memandangiku, wajahku mulai memerah tapi aku segera mencari raya dan duduk disebelahnya. "Fane cantik banget, beda banget loh sama kamu yang biasanya". Ucap raya
Tiba-tiba handphoneku berdering dan damar mengirimkan sms kepadaku "Kamu cantik banget fane:)".
"Makasih mar, ko aku ga lihat kamu?"
"aku ada dibelakang kamu:)".
Aku tidak membalas pesan itu lagi, dan aku tidak ingin memandang kebelakang. Aku malu bertemu dengan damar dengan penampilan seperti ini.  Tapi alhasil aku tetap bertatap wajah dengan damar saat berkumpul untuk foto bersama.
"fane, kamu ga akan foto berdua sama damar?". Tanya raya
"Aku sih pingin, Cuma gimana caranya?".
"kamu bilang ajh sama dia, kaya biasa ajh fane jangan gugup gitu deh"
"Tapi aku ga berani ray".
"Ayolah, kapan kamu berani fane? Sekali seumur hidup gapapa kan?".
Aku terdiam sambil mengumpulkan keberanianku untuk bisa berfoto bersama damar, disela itu akupun terus berfoto bersama teman-temanku yang juga ingin berfoto denganku. Mungkin inilah saat yang tepat, saat damar sedang terdiam aku mendekatinya.
"Mar foto bareng yuk!".
"Ayo fane".
Kali ini aku berhasil , aku merasa senang sekali. Selepas itu aku mengobrol dengannya tentang perguruan tinggi yang telah dia terima. Saat waktu perpisahan selesai damar mengantarkanku pulang karena rumahnya dengan rumahku satu arah.
"Mar, makasih ya".
"Iya fane samasama, oh ya kelulusan pertemuan terakhir kita ya? Sampai jumpa minggu depan ya :)".
"Iya mar, hati-hati ya".

Bagaimana aku akan bahagia? Bagaimana perasaanku akan terbalaskan? Aku mencintainya, tapi aku tidak bisa mengungkapkannya. Perhatian lebihnya kepadaku, kepeduliannya  kepadaku apa maksud dari semua itu? Aku ingin kejelasan dari semua yang damar berikan kepadaku, aku ingin mengetahuinya apakah dia menganggapku sebagai orang yang spesial dia hatinya ataukah hanya sekedar pertemanan.
Setiap hari aku dan damar saling bercanda gurau lewat pesan singkat.
Tapi hari itu, dimana sebelum hari kelulusan tiba.
"Faneee!".
"Kamu kenapa mar?".
"bisa ketemu?"
"bisa, dimana? Kapan?".
"sekarang ya, di taman sekitar rumah kamu".
Aku pun langsung pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahku. Aku mencari damar di taman itu, dan aku menemuinya sedang bersama dengan laptop dan gitarnya. Dia tertunduk lemas, seperti ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kali pertamanya aku melihatnya dengan rambut yang berantakan.
Saat aku datang, dia langsung meneteskan dua air matanya. Aku kebingungan dan langsung bertanya kepada damar apa yang terjadi dan kenapa dia bisa menangis seperti itu. Aku benar-benar tidak tega dengannya, baru pertama kalinya aku melihat damar bisa sekacau itu. Dan rupanya saat aku mulai mendengarkan apa yang ingin dikatakan hatinya kepadaku, aku langsung terdiam tak berani untuk mengatakan satu katapun.
"Fane, kenapa dia bisa setega itu sama aku?".
"sejak 6 bulan yang lalu, aku dekat dengannya, dia menganggapku pacarnya dan aku juga menganggapnya pacarku. Aku sengaja lostcontact sama dia sekitar 2 mingguan yang lalu dan aku mulai aneh sama dia. Ternyata hari ini lihatlah di social medianya fane-- lihat!".

Aku pun melihat layar dilaptopnya, ya... Aku melihat dia yang dicintai damar  itu memang sudah mempunyai pacar. Aku belum ingin berbicara kepada damar. Hatiku tidak bisa berbohong lagi, tetesan air mataku menetes membasahi pipiku. Aku mencoba tegar dengan keadaan ini. Aku mulai mengusap air mataku.
"mar, kamu tau ga sih kalau wanita itu butuh kejelasan? Wanita itu butuh kepastian yang jelas! Bukan hanya anggapan, tapi jadikan dia pacar kamu, mungkin dia lelah, mungkin dia cape sama hubungan yang ga jelas, jangan PHPin dia mar harusnya kamu tau itu!".
"aku udah jadiin dia pacar aku fane".
"mungkin kamu kurang ngasih kejelasan sama dia mar, lebih baik kamu ikhlasin dia, kamu cari wanita yang lebih baik dari dia. Masih ada yang peduli sama kamu, masih ada wanita yang nunggu kamu. Allah tau yang terbaik buat kamu. Aku tau kamu bisa terima semua ini mar , aku tau itu".
"Mungkin aku juga yang salah fane, makasih fane kamu mengobati luka hati ini. Aku ga tau kalau ga ada kamu aku mau curhat sama siapa lagi. Insya Allah aku bakalan sabar bakalan ikhlasin fane". Ucapnya mulai tersenyum.

Aku mencoba tegar dengan semuanya. Semuanya ternyata sudah jelas, semua yang aku tunggu, semua yang selalu aku ingin pertanyakan kepada damar tenyata sudah terjawab tanpa aku bertanya kepadanya. Aku tau aku dan damar hanya akan menjadi sahabat. Pertemanan yang selalu aku pertanyakan kini telah terjawab. Aku mencintai damar dalam diamku sampai saat ini, dan damar mencintai wanita lain , namun wanita itu juga mencintai pria lain. Cintanya bukan untukku, aku tau itu dan seharusnya aku tau itu dari awal pertemananku dengannya. Malam itupun air mataku tak hentinya berjatuhan membasahi bantal dikasurku.
Esok adalah hari terakhirku bertemu dengan damar. Dihari kelulusan itu aku bahagia karena aku dan teman-temanku lulus 100% . Damar menemuiku dan terjadi percakapan terakhirku bersamanya.
"Fane, makasih ya udah mau jadi temanku selama ini. Semoga ini akan mengingatkanmu tentang persahabatan antara kamu dan aku. Kamu sahabat terbaik yang pernah aku punya, makasih fane sampai bertemu dilain kesempatan ya:) Oh ya,selamat ya kamu diterima kuliah di Yogyakarta kan?  semangat ya kuliahnya, jangan males-malesan:)".
"Iya damar, makasih juga selama ini kamu selalu ada disamping aku untuk jadi sahabatku, perhatian dan pedulinya kamu sama aku itu berharga buat aku. Aku pasti bakal kangen sama kamu. Take care damar:)  Iya aku akan inget ko sama kata-kata kamu".
"ulur tanganmu coba fane".
Aku mencoba mengulurkan tanganku, dari dalam sakunya  damar mengeluarkan sebuah gelang.
Dia memakaikannya ditangan kananku. Dan dia juga memakaikan sediri gelang yang lainnya yang sama percis di pergelangan tangannya.
"semoga kamu pakai gelang ini terus ya, kamu inget waktu aku ngajak kamu lari buat ke sebuah toko di pinggiran malioboro? Aku beli gelang ini disitu".
"Damar-- makasih ya , aku bakal pake terus dan aku akan inget sama kamu".

Pertemuan terakhir antara aku dan damar. Entahlah aku tidak pernah tau kisahku akan berakhir seperti itu. Sampai detik ini, aku terus mencintainya, dan akan terus mencintainya meski dia tak pernah menyadari cintaku. Dia akan menjadi sahabatku, diawali dari pertemanan akan muncul sebuah rasa yang aku sebut itu cinta, dan tidak akan menjadi akhir karena pertemanan akan tetap menjadi pertemanan. Itu akan lebih baik untukku dan untuknya. Suatu saat nanti kau akan mengetahuinya damar... Suatu saat nanti.




 


Diberdayakan oleh Blogger.