Mata pisau itu
akhirnya sampai ditubuhku, setelah aku berniat untuk menolong seorang ibu yang
perhiasannya dicuri oleh para pencuri itu. Aku tidak tau bahwa setelah aku
mengagkat kedua tanganku , para pencuri itu tetap menancapkan pisaunya
ditubuhku... dan akhirnya seperti ini. Dengan sekuat tenaga aku berjalan
berharap akan ada yang menolongku saat itu, langkahku semakin menjauh dari
tempat tadi dengan tangan yang masih memegang perutku yang masih tertancap
pisau sang pencuri itu sambil terus meneteskan air mata, sakit, sakit sekali
rasanya aku ingin terkulai lemas dipinggir jalan itu , tapi aku harus kuat ,
aku harus menemukan orang yang benar-benar peduli denganku... sampai akhirnya
aku bertemu dengannya. Dia yang hatinya kaku, dia yang hatinya tidak pernah
peka dengan kode-kode yang terkadang diberikan oleh salah satu sahabatku. Tapi,
saat aku berjalan dengan bercucuran air mata dan darah dari perutku, ia tidak
memberikan respon untuk membantuku, dia hanya terdiam tidak bersuara tidak
menatapku sedikitpun, lalu aku berdiri dihadapannya sambil mengambil pisau itu
dari dalam perutku sambil menangis kesakitan –
Akupun akhirnya
bangun dari mimpi itu,anehnya terasa sangat nyata kesakitan di mimpi itu. Aku
tau, bahwa mimpi itu sangat bermakna untukku. Aku tau bahwa dia, dia yang
namanya selalu ada dipikiranku setiap waktu takan pernah bisa untuk aku miliki
sampai kapanpun.
Mencintainya
bagaikan sakit tertusuk duri sampai ke jantung. Tak ada yang bisa kuperbuat,
setiap hari dia selalu ada dalam keseharianku, menatapnya saat memulai
pelajaran disekolah. Sejak aku menginjakkan dibangku kelas XII aku mulai menyukainya, aku mulai mengaguminya
dengan diamku. Rasa itu tumbuh karena pertemanan yang kami jalani. Rasa itu
tumbuh dengan sendirinya tanpa alasan apapun yang hadir dalam kehidupanku.
Pagi itu saat
istirahat tiba, aku tidak sadar bahwa aku sedang memandanginya dari kursi
dimana aku duduk sejajar dengannya. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke
whiteboard yang ada didepan mataku.
" Ya Tuhan,
jangan sampai perasaan ini berlanjut ... Jangan sampai Ya Allah". Bisikku
dalam hati
Akhir-akhir ini aku
merasa ada yang aneh dari dia, aneh ketika melihatnya. Nampaknya dia sedang
sakit, karena terlihat dari wajahnya sedikit pucat dan dia terus terdiam
ditempat duduknya.
Aku selalu mencari
tau apa yang sedang dia alami, aku selalu mencari tau apa yang ingin aku tau
dari dirinya. Aku tidak tau mengapa aku seperti ini.
"kamu tau dia
kenapa ?". Tanyaku kepada Raya sahabat baikku
"ga tau, tadi
sih aku denger dari temen sebangkunya , dia lagi punya masalah gitu fane".
Raya adalah sahabat
baikku, semua rahasiaku ada pada dirinya begitupula sebaliknya, karena kita
telah saling percaya satu sama lain. Raya tau apa yang sedang terjadi pada
diriku, dia mengetahui bahwa aku jatuh cinta dengan salah satu teman di kelas.
Yang tak lain adalah damar, lelaki yang cukup pintar, baik, ramah dan mempunyai wajah yang cukup tampan untuk
seorang pria ,meskipun tak setampan adikku. Disekolah, aku berteman baik dengan
damar, walaupun terkadang aku dan damar saling cuek satu sama lain, tapi
anehnya saat di pesan singkat kita sangat berteman akrab.
Hari itu, dikelas
sedang gaduh karena mata pelajaran biologi yang harus menyelesaikan tugas yang
begitu banyak. Saat itu aku sedang duduk sambil menulis , dan dia datang duduk
di samping kursiku sambil tersenyum kepadaku.
"fane, ikutan
duduk ya .."
"iya mar"
ucapku sambil tersenyum
"Oh iya, aku
boleh lihat tugas kamu? Yang nomor 3 ko ga ada sih isinya , boleh lihat kan?
"
Akupun hanya
menganggukan kepalaku sambil tersenyum,
obrolanpun terjadi diantara aku dan dia.
Perasaanku berubah
detik itu juga, jantungku semakin berdetak lebih cepat dan mukaku yang mulai
memerah , aku langsung menundukan kepalaku sambil meneruskan pekerjaanku yang
belum selesai. Aku berusaha agar aku tidak salah tingkah didepannya, dan aku
percaya aku bisa meredamkan kemerahan dipipiku.
Sungguh,
mencintainya terus menerus dalam diam ini sangat menyiksa hati dan pikiranku.
Aku tidak tau harus bagaiman, aku tidak tau apa yang harus dilakukan. Beberapa
bulan berjalan perasaan ini masih sama,
bahkan lebih , aku semakin menyayanginya meskipun ada hal yang sangat aku tidak
sukai dari dalam dirinya. Tapi cinta ini tidak pernah pudar sedikitpun.
Jam istirahat diisi
dengan makan dikantin bersama beberapa teman kelas termasuk damar, sambil
menunggu makanan datang damar memainkan gitarnya yang selalu dia bawa kemanapun
dia pergi. Dia memainkan lagu dimana lagu itu adalah lagu kesukaanku. Aku dan
beberapa temanku menikmati alunan suara
dari senar-senar yang damar mainkan. Pikiranku kembali kosong, mataku terus
memandangi wajah damar yang berada tepat didepan mataku. Sesekali ketika aku
tersadar karena senggolan raya, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah
gitar damar.
"Mar, lagunya
ganti dong, bosen tau--" ucap ana
"lagu apa emang
maunya? "
"Noah dong "
Damar mulai
memainkan gitar acousticnya dengan sangat lembut, dia memainkan beberapa lagu
yang direquest oleh teman-teman.
"eh cape nih,
ada yang mau main ?"
"fane tuh dia
bisa main gitar ". Senggol raya
"eh apaan sih,
ga bisa kali , aku lupa kunci-kunci gitarnya ".
"yaudah coba
ajh fane ". Ucap damar tersenyum sambil memberikan gitarnya kepadaku
" ini kunci A
kan ? Ini C ? Ini F ? E ? D ? Ini kunci B ?" tanyaku takut salah
"nah, itu bukan
kunci B fane, lupa ya jarang main gitar ? Maaf ya aku pengang dulu jari kamu
". Ucapnya tersenyum sambil mengarahkan dan membenarkan jariku ke kunci B
digitar.
"nah, coba main
"
Senyumnya membuatku
begitu damai, aku bahagia ketika dia mengajariku untuk mengingat kunci-kunci
gitar itu, dengan lembutnya dia memindahkan jemariku pada senar-senar itu. Hal
itu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan. Ku mainkan gitar damar dengan
kelembutan , meskipun terkadang masih harus melancarkan kunci-kunci yang baru
saja aku ingat. Aku jadi bersemangat untuk belajar memainkan gitar kembali pada
saat itu juga.
Sampai dirumah, aku
langsung mengambil gitar kesanyanganku
dan aku mulai memainkan gitar itu dengan senyum yang selalu tersinar diraut
wajahku. " Hay gitar, lama sekali sepertinya tidak menyentuhmu kembali,
tidak terasa sudah 2 tahun aku tidak membuat alunan musik. Tapi mulai detik ini
aku akan membuatmu mengeluarkan suara indahmu gitar--"
Ibuku sempat merasa
aneh padaku karena akhir-akhir ini aku tidak mau lepas dari gitarku
,karena yang ibu tau aku sudah tidak
pernah memainkan gitar itu selama 2 tahun terakhir.
Setiap hari aku
selalu membalas pesan dari seseorang, seseorang yang selalu ada dipikiranku
sejak aku memulai pertemanan dengannya. Aku suka padanya , tapi aku tidak
pernah tau apakah dia mengetahuinya atau tidak. Saat handphoneku berdering aku
selalu berharap itu darinya, dan itu memang darinya. Setiap hari sekitar pukul
16.00 setelah pulang sekolah dia selalu mengabariku, rasanya aku bahagia karena dia selalu ada
sisiku untuk memperhatikanku dan memperdulikanku. Sampai sampai aku selalu
bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang hubungan yang aku jalani saat ini,
hubungan tanpa status mungkin ? Ataukah hanya sekedar persahabatan ?
Saat itu, aku dan
temanku Raya sedang berlari di sekitaran taman pada minggu pagi. Sepanjang
jalan kota penuh dengan mereka yang sedang berolahraga, bermain , berkumpul dan
berdagang. Karena pada biasanya pada minggu pagi jalanan tidak diperbolehkan
kendaraan satupun untuk melewati jalan dikota.
Sebelumnya, pada
sabtu malam aku dan damar berencana untuk bertemu di sekitaran taman. Dan dia
benar-benar datang menemuiku pada saat itu dengan sepedanya.
"Fane, aku
pergi dulu ya sebentar :) kamu sama damar ajh dulu ;) ". Ucap Raya
meninggalkanku
Damar lalu,
mengajakku berjalan-jalan menggunakan sepeda. Damar dengan sepedanya dan aku
dengan sepeda yang dipinjamkan oleh temanku yang sedang bersama Raya. Kami
berdua , damar dan aku mengelilingi taman dan jalanan bersama. Dia tepat berada
disampingku. Lalu kami berdua berhenti disebuah penjual susu murni di pinggiran
jalan.
"Mau rasa apa ?
". Tanya damar
"stawberry
boleh deh".
Diapun membawa dua
buah minuman untukku dan untuknya. Setelah itu kami memarkirkan sepeda dan
mengunci dua sepeda itu berdampingan. Aku duduk diarea bersantai sambil meminum
susu yang tadi dia belikan untukku. Percakapan panjangpun datang menghampiri
kami berdua, candaannya yang selalu membuat aku bisa tertawa sangat aku sukai.
Sampai pada akhirnya dia bercerita tentang diriku semasih SMP.
"Dulu itu, kamu
selalu memakai hiasan di rambut yang ditalikan semacam upluk ya? Ga kerasa bisa
ketemu lagi ya bisa satu sekolahan lagi :) ".
"masih inget
? Iya ga nyangka, dulu itu kita belum
deket kayak seperti ini , aku kalau ketemu kamu dulu kamu itu juteknya
kebangetan :P ".
"Masih dong :D
iya kamu juga juteknya pake banget :P "
" Oh iya, mau
tau ga fane ?" lanjutnya
" Mau ".
" beberapa
bulan yang lalu itu sebelum kita jadi
kelas 12 , aku cari tau tentang kamu dari teman kamu, dan aku bersyukur bisa
satu kelas sama kamu di kelas 12 IPA 2 ini loh :) ".
"Oh ya ? Dari
siapa ? ". Tanyaku
"Itu , siapa ya
fani kalau aku tidak lupa, temen SMP kamu kali ya "
Aku tidak percaya
bahwa dia masih mengingatku saat aku masih SMP, dulu memang aku dan dia satu
sekolah. Dan saat ini kami satu kelas. Sebenarnya aku sudah mengenalinya
semenjak SMP tapi aku hanya mengenali sebagian kecil kehidupannya karena dia
adalah teman dari temanku semasa SMP.
Setelah percakapan
itu berakhir aku dan damar kembali ke parkiran sepeda , karena waktu telah
menunjukan pukul 10.00 itu saatnya damar untuk pulang karena dia akan berlatih
sepeda untuk kejuaraan sepeda antar kabupaten yang diadakan di bandung nanti.
Setelah dia pulang
bersama sepedanya akupun terus dibully oleh kedua temanku saat itu, Raya dan
Afrian. Diperjalanan pulang "Andai
kamu jadian sama damar fane". Ucap afrian
Aku hanya terdiam
saat afrian berbicara seperti itu. Mustahil untukku memilikinya, mustahil untuk
dia mencintaiku. Ada sisi dimana damar takan mungkin bisa dimiliki oleh
siapapun, aku belum pernah mendengar damar berpacaran, bahkan dipercakapan
pesan sms pun dia tidak pernah membicarakan seorang perempuan. Alasan itulah
yang membuatku tidak ingin mengharapkan pertemanan lebih dengan damar.
Malam itu sebelum
hari Ujian Nasional, aku mendapatkan pesan singkat dari damar.
To : Fane
Fane semangat ya
buat UN besok, jangan lupa belajar loh ;)
semoga kita bisa menyelesaikan Ujian Nasional ini dengan hasil yang baik
ya. Pokonya fighting ya fane :)
Dengan cepat aku
membalas pesan singkat yang damar kirimkan kepadaku. Malam itu aku sangat
bahagia karena damar memberikan semangat untukku. Selama Ujian Nasional
damar selalu memberikan semangat setiap
hari. Walaupun aku dan dia tidak di satu ruangan yang sama.
Waktu ujian nasional
akhirnya selesai aku lewati, aku menunggu hari esok datang lebih cepat. Aku dan
semua teman kelasku akan berlibur ke yogyakarta selama 3 hari. Hari itu pun
datang dengan cepat, semua perbekalan sudah aku siapkan selama aku berada diyogyakarta
bersama teman-temanku.
Perjalanan
panjangpun diisi oleh kekonyolan yang teman-temanku lakukan, kami bercanda
gurau dan bernyayi bersama-sama di dalam satu bus berukuran besar itu. Sekitar
hampir 10 jam akhirnya aku dan teman-temanku sampai di kota Yogyakarta. Kami
lalu menginap di hotel mutiara sekitaran jalan malioboro .
Sebenarnya bagi aku ini bukan kali pertamanya aku datang ke kota Yogyakarta,
aku sudah sering bermain di kota ini bersama sahabat penaku yang aku kenali
dari social media Twitter. Jadi aku sudah terbiasa dengan kota Yogyakarta ini,
namun kota ini selalu menjadi kota terfavorite untukku kunjungi setiap tahun.
Hari ini jadwal
pariwisata telah dibuat, tapi ada beberapa tempat yang tidak cocok untukku tapi
bagaimanapun aku harus mengikuti jadwal wisatanya. Hari pertama ini kami akan
ke candi prambanan, candi boko dan pantai parangtritis. Aku dan teman-temanku
sangat menikmati perjalanan wisata ini setelah seminggu menghadapi Ujian
Nasional. Seperti halnya disekolah, kami semua tidak melupakan acara foto
bersama untuk dijadikan album kelas. Aku bahagia bisa berada tepat disamping
damar saat acara foto bersama itu. Prambanan pun dilanjut dengan perjalanan ke
candi boko menggunakan angkutan seperti travel yang sudah disediakan oleh
panitia, karena tidak akan mungkin bus melalui jalan menuju candi boko itu.
Sampai disana aku menikmati candi di ketinggian yang cukup tinggi, aku bisa
melihat kota Yogyakarta walau tidak semuanya terlihat dari sekitaran candi boko
ini. Aku duduk karena lelah, lalu damar datang dan duduk disebelahku memberikan
minuman yang tadi aku titipkan kepadanya.
"Makasih mar
".
" Fane , kota
Yogyakarta lebih indah ya dari kota tempat kita tinggal".
" Iya, indah...
kamu harus kelilingin kota Yogya mar kalau kamu mau tau seindah apa kota Yogya,
apalagi kalau kita pergi kedaerah pantai di Gunung kidul". Ucapku
tersenyum
"Oh ya?
Kapan-kapan kamu ajak aku kesana ya ;) ".
Aku hanya tersenyum
membalas perkataannya. Andai aku bisa,
aku akan mengajak damar kemanapun dia mau asalkan dia menjadi masa depanku.
Hari kedua di kota Yogyakarta ini, kami isi dengan berkeliling disekitaran
malioboro. Entah kenapa damar memintaku untuk mengajaknya berkeliling.
"Kamu harus
ajak aku keliling ya".
"nanti kita
kepisah sama rombongan loh mar".
"Engga akan ko
fane, ayolah! ".
Akupun akhirnya
mengajaknya untuk berkeliling disekitaran malioboro sambil membeli buah tangan
yang akan dibawa pulang nanti malam. Aku dan damar terus berjalan di trotoar
malioboro sambil melihat-lihat dagangan yang dijajakan oleh para pedagang. Saat
aku sedang tawar menawar dengan seorang pedagang tiba-tiba damar menarik
tanganku dan berlari ke arah jalan yang tadi telah aku dan damar lewati.
"Mba, maaf
ya". Ucapku kepada pedagang itu
"Mar, mau
kemana?".
Dia tidak menjawab
pertanyaanku, aku bingung dengannya. Dan tiba-tiba dia berhenti disebuah toko
pinggiran malioboro. "Tunggu bentar ya fane".
Aku pun menunggunya
di depan toko sambil melihat-lihat dagangan yang lain. Dari arah toko damarpun
keluar. "Fane, sorry ya tadi dan makasih".
"gapapa mar,
lanjut lagi yuk".
Aku dan damar
akhirnya kembali berjalan-jalan, tapi kali ini aku dan damar tidak berjalan
kaki, melainkan menaiki becak untuk sampai dihotel.
"fane, ini
pertama kalinya aku naik becak loh".
"Oh ya? Wah
seru tapi kan ?".
"Seru, tapi aku
kasihan loh sama bapak penarik becaknya".
"Iya, pasti
berat bawa kita berdua".
"Mar, andai
kamu tau, itu juga adalah kali pertamanya aku bisa naik becak bersama orang
yang spesial buat aku. Andai kamu tau itu mar". Bisiku dalam hati
Acara wisata bersama
teman satu kelaspun akhirnya selesai. Kami kembali ke kota tempat kami tinggal.
Sebenarnya aku masih ingin lama berada di Yogyakarta bersama teman-teman
termasuk damar. Kini aku hanya bisa melihat damar 2 kali lagi, dihari
perpisahan dan hari kelulusan.
Rasanya, aku tidka
ingin berpisah dengan damar, pasti rasanya berbeda saat kita tak pernah bertemu
lagi. Walaupun damar selalu mengirimkan pesan singkat sms dan di social media.
Seminggu setelah
itu, aku lostcontact dengan damar. Rindu yang tak pernah tersampaikan ini masih
kusimpan rapih. Aku tidak pernah berani untuk mencoba mengawali mengirimkan
pesan sms kepada damar. Yang kuperbuat hanya menunggu damar mengirimkan pesan
sms kepadaku. Mungkin aku bodoh, tapi aku benar-benar tidak berani.
Malam itu tiba-tiba
aku menangis, menangisi rindu yang tidak bisa aku ungkapkan kepadanya. Tapi
entah mengapa, mungkin Tuhan tidak ingin aku menangis , tiba-tiba damar
menelfonku .
"Fane, km
kemana ajh? Aku kangen tau sama kamu "
"Ada dirumah,
mar... Aku juga"
Akhirnya rinduku
terbalaskan, aku bisa mengungkapkan kepadanya meski hanya lewat percakapan
ditelfon. Air mataku berubah menjadi sinar kebahagiaan. Tapi terkadang aku
selalu merasa kesakitan dengan perkataan damar. Sebenarnya aku siapanya damar?
Damar menganggapku sebagai apa? Kadang aku ingin bertanya kepadanya. Tapi aku
tidak pernah berani untuk mengungkapkan semuanya.
Hari kedua terakhir
untuk bertemu dengannya dihari perpisahan. Aku datang ke sekolah dengan
diantarkan oleh ayahku menuju sekolah dengan penampilan baru, kebaya lengkap
dengan makeup, dan highheels 15cm. Aku
berjalan dikoridor sekolah menuju aula sekolah. Aku malu dengan kedatanganku,
disamping dengan penampilanku seperti ini aku juga malu karena semua telah
berada diaula. Semua mata memandangiku, wajahku mulai memerah tapi aku segera
mencari raya dan duduk disebelahnya. "Fane cantik banget, beda banget loh
sama kamu yang biasanya". Ucap raya
Tiba-tiba
handphoneku berdering dan damar mengirimkan sms kepadaku "Kamu cantik
banget fane:)".
"Makasih mar,
ko aku ga lihat kamu?"
"aku ada
dibelakang kamu:)".
Aku tidak membalas
pesan itu lagi, dan aku tidak ingin memandang kebelakang. Aku malu bertemu
dengan damar dengan penampilan seperti ini.
Tapi alhasil aku tetap bertatap wajah dengan damar saat berkumpul untuk
foto bersama.
"fane, kamu ga
akan foto berdua sama damar?". Tanya raya
"Aku sih
pingin, Cuma gimana caranya?".
"kamu bilang
ajh sama dia, kaya biasa ajh fane jangan gugup gitu deh"
"Tapi aku ga
berani ray".
"Ayolah, kapan
kamu berani fane? Sekali seumur hidup gapapa kan?".
Aku terdiam sambil
mengumpulkan keberanianku untuk bisa berfoto bersama damar, disela itu akupun
terus berfoto bersama teman-temanku yang juga ingin berfoto denganku. Mungkin
inilah saat yang tepat, saat damar sedang terdiam aku mendekatinya.
"Mar foto
bareng yuk!".
"Ayo
fane".
Kali ini aku
berhasil , aku merasa senang sekali. Selepas itu aku mengobrol dengannya
tentang perguruan tinggi yang telah dia terima. Saat waktu perpisahan selesai
damar mengantarkanku pulang karena rumahnya dengan rumahku satu arah.
"Mar, makasih
ya".
"Iya fane
samasama, oh ya kelulusan pertemuan terakhir kita ya? Sampai jumpa minggu depan
ya :)".
"Iya mar,
hati-hati ya".
Bagaimana aku akan
bahagia? Bagaimana perasaanku akan terbalaskan? Aku mencintainya, tapi aku
tidak bisa mengungkapkannya. Perhatian lebihnya kepadaku, kepeduliannya kepadaku apa maksud dari semua itu? Aku ingin
kejelasan dari semua yang damar berikan kepadaku, aku ingin mengetahuinya
apakah dia menganggapku sebagai orang yang spesial dia hatinya ataukah hanya
sekedar pertemanan.
Setiap hari aku dan
damar saling bercanda gurau lewat pesan singkat.
Tapi hari itu,
dimana sebelum hari kelulusan tiba.
"Faneee!".
"Kamu kenapa
mar?".
"bisa
ketemu?"
"bisa, dimana?
Kapan?".
"sekarang ya,
di taman sekitar rumah kamu".
Aku pun langsung
pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahku. Aku mencari damar di taman itu,
dan aku menemuinya sedang bersama dengan laptop dan gitarnya. Dia tertunduk
lemas, seperti ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kali pertamanya aku
melihatnya dengan rambut yang berantakan.
Saat aku datang, dia
langsung meneteskan dua air matanya. Aku kebingungan dan langsung bertanya
kepada damar apa yang terjadi dan kenapa dia bisa menangis seperti itu. Aku
benar-benar tidak tega dengannya, baru pertama kalinya aku melihat damar bisa
sekacau itu. Dan rupanya saat aku mulai mendengarkan apa yang ingin dikatakan
hatinya kepadaku, aku langsung terdiam tak berani untuk mengatakan satu
katapun.
"Fane, kenapa
dia bisa setega itu sama aku?".
"sejak 6 bulan
yang lalu, aku dekat dengannya, dia menganggapku pacarnya dan aku juga
menganggapnya pacarku. Aku sengaja lostcontact sama dia sekitar 2 mingguan yang
lalu dan aku mulai aneh sama dia. Ternyata hari ini lihatlah di social medianya
fane-- lihat!".
Aku pun melihat
layar dilaptopnya, ya... Aku melihat dia yang dicintai damar itu memang sudah mempunyai pacar. Aku belum
ingin berbicara kepada damar. Hatiku tidak bisa berbohong lagi, tetesan air
mataku menetes membasahi pipiku. Aku mencoba tegar dengan keadaan ini. Aku
mulai mengusap air mataku.
"mar, kamu tau
ga sih kalau wanita itu butuh kejelasan? Wanita itu butuh kepastian yang jelas!
Bukan hanya anggapan, tapi jadikan dia pacar kamu, mungkin dia lelah, mungkin
dia cape sama hubungan yang ga jelas, jangan PHPin dia mar harusnya kamu tau
itu!".
"aku udah
jadiin dia pacar aku fane".
"mungkin kamu
kurang ngasih kejelasan sama dia mar, lebih baik kamu ikhlasin dia, kamu cari
wanita yang lebih baik dari dia. Masih ada yang peduli sama kamu, masih ada
wanita yang nunggu kamu. Allah tau yang terbaik buat kamu. Aku tau kamu bisa
terima semua ini mar , aku tau itu".
"Mungkin aku
juga yang salah fane, makasih fane kamu mengobati luka hati ini. Aku ga tau
kalau ga ada kamu aku mau curhat sama siapa lagi. Insya Allah aku bakalan sabar
bakalan ikhlasin fane". Ucapnya mulai tersenyum.
Aku mencoba tegar
dengan semuanya. Semuanya ternyata sudah jelas, semua yang aku tunggu, semua
yang selalu aku ingin pertanyakan kepada damar tenyata sudah terjawab tanpa aku
bertanya kepadanya. Aku tau aku dan damar hanya akan menjadi sahabat. Pertemanan
yang selalu aku pertanyakan kini telah terjawab. Aku mencintai damar dalam
diamku sampai saat ini, dan damar mencintai wanita lain , namun wanita itu juga
mencintai pria lain. Cintanya bukan untukku, aku tau itu dan seharusnya aku tau
itu dari awal pertemananku dengannya. Malam itupun air mataku tak hentinya
berjatuhan membasahi bantal dikasurku.
Esok adalah hari
terakhirku bertemu dengan damar. Dihari kelulusan itu aku bahagia karena aku
dan teman-temanku lulus 100% . Damar menemuiku dan terjadi percakapan
terakhirku bersamanya.
"Fane, makasih
ya udah mau jadi temanku selama ini. Semoga ini akan mengingatkanmu tentang
persahabatan antara kamu dan aku. Kamu sahabat terbaik yang pernah aku punya,
makasih fane sampai bertemu dilain kesempatan ya:) Oh ya,selamat ya kamu
diterima kuliah di Yogyakarta kan?
semangat ya kuliahnya, jangan males-malesan:)".
"Iya damar,
makasih juga selama ini kamu selalu ada disamping aku untuk jadi sahabatku,
perhatian dan pedulinya kamu sama aku itu berharga buat aku. Aku pasti bakal
kangen sama kamu. Take care damar:) Iya
aku akan inget ko sama kata-kata kamu".
"ulur tanganmu
coba fane".
Aku mencoba
mengulurkan tanganku, dari dalam sakunya
damar mengeluarkan sebuah gelang.
Dia memakaikannya
ditangan kananku. Dan dia juga memakaikan sediri gelang yang lainnya yang sama
percis di pergelangan tangannya.
"semoga kamu
pakai gelang ini terus ya, kamu inget waktu aku ngajak kamu lari buat ke sebuah
toko di pinggiran malioboro? Aku beli gelang ini disitu".
"Damar--
makasih ya , aku bakal pake terus dan aku akan inget sama kamu".
Pertemuan terakhir
antara aku dan damar. Entahlah aku tidak pernah tau kisahku akan berakhir
seperti itu. Sampai detik ini, aku terus mencintainya, dan akan terus
mencintainya meski dia tak pernah menyadari cintaku. Dia akan menjadi
sahabatku, diawali dari pertemanan akan muncul sebuah rasa yang aku sebut itu
cinta, dan tidak akan menjadi akhir karena pertemanan akan tetap menjadi
pertemanan. Itu akan lebih baik untukku dan untuknya. Suatu saat nanti kau akan
mengetahuinya damar... Suatu saat nanti.